Blogroll

terima kasih atas kunjungannya....! add my fb ade.mulyana963@gmail.com

Rabu, 18 April 2012

Rahasia Alam untuk Menuai Kesuksesan

Manusia benar-benar merupakan makhluk istimewa yang sangat disayangi dan dimanjakan oleh Tuhan. Kepada setiap individu makhluk yang sering mendapat julukan sebagai khalifah di muka bumi ini, Sang Pencipta dan Penguasa Alam Semesta sepertinya memberikan otoritas penuh dan menyediakan begitu banyak cara dan peluang untuk menuju sukses. Prestasi cemerlang teman saya berikut ini merupakan bukti nyata, bahwa siapa pun berhak untuk sukses asal ia serius untuk menggapainya.
Mungkin sebagian dari kita tidak begitu familiar dengan makhluk merayap, licin berlendir, dan sangat menjijikkan yang biasa disebut “ulat grayak”. Ulat dengan nama ilmiah Spodoptera ini adalah salah satu jenis ulat ganas yang menjadi musuh para petani. Betapa tidak, hanya dalam hitungan beberapa hari, hama yang sangat mengerikan ini mampu memupus harapan para petani dengan menyerang ribuan hektar tanaman palawija dan sayuran yang siap panen. Beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa Barat, Bangka Belitung, dan Nusa Tenggara Timur pernah mengalami kerugian yang luar biasa akibat serangan hama ganas ini.
Hebatnya, saat terjadi serangan sporadis ulat ini, para petani dan aparat pemerintah biasanya tidak berdaya. Karena, hama cerdik ini ternyata memiliki kemampuan menyerbu lahan petani secara bergerilya. Pada siang hari mereka biasanya menghilang dan sembunyi di balik tanah. Kemudian mereka baru mulai bergerak menyerbu tanaman pada malam hari hingga matahari pagi bersinar. Serangan hewan ini biasanya menyebabkan daun dan buah tanaman menjadi sobek dan tangkai buah menjadi terpotong-potong serta berlobang sehingga mengakibatkan kegagalan panen.
Ulat kecil yang sangat menjijikkan ini tidak saja mengancam kepentingan para petani. Pada tahun 2008 yang lalu, mereka bahkan pernah diberitakan melakukan penyerangan terhadap penduduk di salah satu komplek perumahan di Kota Bandung. Hewan ganas ini menyerbu rumah-rumah warga dan kemudian bergelantungan di langit-langit, merayap di dinding, bersembunyi dalam alat-alat elektronik, dan bahkan ada yang hinggap dan merayap di tubuh para penghuni rumah. Diberitakan pula bahwa hanya dalam hitungan tujuh hari, hewan ini berhasil memaksa seluruh warga meninggalkan rumah mereka dan mengungsi selama beberapa hari di tempat yang lebih aman, termasuk di hotel-hotel terdekat. Saking besarnya kerugian dan ancaman ulat grayak terhadap kepentingan manusia, rasanya tidak berlebihan jika sebagian orang menobatkan si ulat kecil menjijikkan ini sebagai salah satu musuh besar yang harus terus diwaspadai dan dibasmi.
Namun, jika kita tidak dalam kondisi panik, kita hanya perlu sedikit kebijakan berpikir untuk mengakui bahwa ternyata tidak selamanya ulat grayak merugikan manusia. Binatang merayap ini sebenarnya adalah bagian dari siklus hidup sejenis kupu-kupu kecil (imago). Pada musim yang dianggap cocok untuk perkembangannya dan tersedianya makanan yang melimpah, kupu-kupu kecil tersebut akan bertelur dalam jumlah yang sangat banyak untuk melipatgandakan keturunannya. Telur-telur tersebut kemudian menetas menjadi larva yang sering kita sebut ulat grayak. Proses berkembang ulat grayak untuk menjadi kupu-kupu kecil biasanya memerlukan waktu lima hingga tujuh hari.
Jadi, serangan ulat grayak sebenarnya adalah salah satu contoh betapa manusia harus terus-menerus belajar dan belajar untuk menguak rahasia alam ciptaan Tuhan. Jika kita mau belajar, bukan tidak mungkin hewan yang menjijikkan dan menakutkan ini justru bisa kita jadikan teman untuk mengantarkan kita kepada sebuah kesuksesan.
Salah seorang teman baik saya adalah orang yang berhasil menjadikan ulat grayak sebagai teman untuk menggapai sukses. Ketika sama-sama mengambil program doktor di Jepang beberapa tahun yang lalu, saya menyaksikan sendiri betapa luar biasanya teman ini. Selama tiga tahun mengambil program doktor, teman tersebut sudah mengunjungi hampir semua kota besar di Jepang dan setidaknya tiga negara lainnya di luar Jepang, demi mempresentasikan hasil penelitiannya tentang ulat grayak. Untuk ukuran perempuan, saya rasa ia termasuk dosen Indonesia yang berprestasi luar biasa di bidangnya.
Yang paling menarik, teman saya ini selalu terlihat sangat bersemangat setiap kali bercerita tentang ulat grayak. Pada salah satu kesempatan seminarsetelah menyadari sebagian peserta terlihat kurang antusias dan seperti jijik mendengar ulat grayak yang ia presentasikandengan berseloroh dia berkata, “Sekalipun teman-teman tidak suka dengan ulat menjijikkan ini, ia telah sangat berjasa dalam perjalanan karier dan keluarga saya. Tanpa ulat ini, saya tidak mungkin memboyong keluarga saya ke Jepang, menyekolahkan anak-anak saya di Negeri Sakura ini, dan bahkan bepergian ke mancanegara. Teman kecil saya inilah yang telah membelikan tiket pesawat dan membawa saya terbang keliling dunia.
Bagi sayayang juga menekuni penelitian tentang hewan kecil perairan dan bahkan tidak bisa dilihat sama sekali dengan mata telanjang yang disebut zooplanktonpernyataan teman tadi sangatlah benar adanya. Dengan keahlian unik yang ia miliki, ia telah menciptakan relung (niche) sehingga ia merupakan satu dari sangat sedikit orang yang bisa mengungkap rahasia alam di balik ulat grayak. Karena dahsyatnya ancaman ulat grayak terhadap ketahanan pangan dunia, keahliannya akhirnya sangatlah diperlukan. Sehingga, ia sering diundang untuk menyajikan hasil penelitiannya tentang strategi pemberantasan ulat grayak kepada komunitas peneliti pertanian internasional.
Baru-baru ini, saya makin terkaget-kaget saja dengan kesuksesan teman baik saya ini. Setelah tujuh tahun berpisah sejak menyelesaikan program doktor kami di Jepang, tanpa disangka-sangka kami bertemu lagi dalam forum pertemaun tahunan Pimpinan Fakultas Pertanian-Perguruan Tinggi Indonesia Bagian Barat di Banten. Ia rupanya diundang sebagai salah satu pembicara dalam forum ilmiah tahunan bergengsi tersebut. Saat itu, ia menceritakan bahwa semenjak pulang ke Tanah Air, ia terus mengajar dan meneliti. Ia juga diminta menjadi konsultan ahli Departemen Pertanian untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman di salah satu sentra produksi palawija di daerahnya. Teman ini juga memberi tahu saya bahwa dalam beberapa bulan ke depan ia akan dibiayai oleh Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan dan memperdalam penelitiannya tentang ulat grayak dengan tinggal selama empat bulan di Hokkaido University.
Karena saya pernah juga menjadi peneliti tamu di salah satu universitas bergengsi di Eropa beberapa tahun yang lalu, saya bisa membayangkan bahwa kedatangannya sebagai peneliti tamu di Jepang kali ini pasti akan diikuti dengan lompatan karier dan reward finansial yang tidak sedikit. Dengan begitu banyaknya apresiasi dan penghargaan yang telah ia dapatkan, saya sangat yakin bahwa teman saya ini tidak pernah menyesal mempelajari ulat grayak. Makhluk yang bagi kebanyakan orang dikonotasikan sebagai musuh jelek dan menjijikkan sehingga harus dihindari dan dimusnahkan. Namun di mata teman saya ini, ulat grayak justru terlihat begitu cantik dan menyenangkan sehingga perlu terus dipelihara dan dipelajari karena bisa dijadikan teman untuk menggapai kesuksesan.
Kisah sukses teman saya di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa betapa begitu banyak jalan untuk mencapai sebuah kesuksesan. Sesuatu yang terlihat tidak berguna di mata sebagian orang, kadang kala justru sangat berharga dan bisa dijadikan kendaraan untuk menggapai keberhasilan bagi orang yang lainnya.
Ada berjuta-juta makhluk hidup dan benda mati di bumi ini yang bisa dipelajari. Dan, tidak terhitung banyaknya jenis barang dan jasa yang bisa kita jadikan usaha untuk membuat hidup kita lebih bermakna. Pepatah lama mengatakan “Ada banyak jalan menuju Roma”, begitulah kira-kira perumpamaan tentang begitu banyaknya cara untuk menggapai sebuah kesuksesan.
Jika tersedia begitu banyak peluang untuk sukses, lalu apa yang membedakan antara orang yang berhasil dan orang yang gagal? Dari kasus teman baik saya di atas, setidaknya saya menemukan empat ciri atau kebiasaan khas yang telah mengantarkan kesuksesan kariernya sebagai dosen dan peneliti di perguruan tinggi.
Ciri yang pertama, teman saya tersebut adalah tipe orang yang berani tampil beda. Sejak awal, ia tidak pernah risau apakah ilmu tentang prilaku ulat grayak yang ia tekuni akan disukai atau tidak oleh orang lain. Sepanjang ilmu tersebut bisa mendatangkan kebaikan bagi dirinya dan tidak merugikan orang lain, maka dengan senang hati dan bangga ia terus mengerjakan dan menekuni bidang keahlian tersebut. Melakukan apa yang orang lain tidak mau kerjakan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi pesaing sehingga memberikan peluang lebih besar bagi dirinya untuk keluar sebagai pemenang.
Selain berani tampil beda, teman saya tersebut juga sangat cinta kepada bidang pekerjaannya. Kecintaan kepada profesi ini ia wujudkan dengan selalu belajar, meneliti, dan kemudian menyebarkan ilmu tentang ulat grayak yang dikuasainya kepada siapa pun yang membutuhkannya. Dengan selalu belajar, maka dari waktu ke waktu ia semakin menguasai seluk beluk prilaku ulat grayak. Sehingga, ia pun menjadi semakin ahli dan pintar dalam mengendalikan prilaku ganas dari hama yang sangat merugikan tersebut.
Karena semakin ahli dan pintar, ia juga menjadi semakin produktif dalam menghasilkan karya ilmiah dan melakukan pengabdian masyarakat yang berkaitan dengan penanggulangan hama ulat grayak baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Banyaknya publikasi ilmiah dan semakin tingginya apresiasi masyarakat terhadap keahliannya, kemudian berimplikasi kepada peningkatan karier dan reward finansial kepada teman saya tersebut.
Yang saya sangat kagumi dengan teman saya ini adalah prinsip hidupnya yang sangat menghargai proses. Ia tidak terlalu berharap kepada hal-hal yang bersifat instan atau berbau keberuntungan, apalagi menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Bayangkan saja, ia telah meneliti ulat grayak selama lebih dari tujuh tahun sejak ia menamatkan program sarjananya sampai ia kemudian menamatkan S-3 sehingga berkualifikasi doktor.
Setelah doktor pun ternyata ia masih melanjutkan pendalaman ilmunya dengan menjadi peneliti mandiri di universitasnya selama delapan tahun. Itu pun rupanya masih belum cukup, karena ternyata ia akan kembali bergabung lagi dengan mantan pembimbing doktornya untuk melakukan penelitian lanjutan di Jepang selama empat bulan tahun ini. Kalau kita hitung-hitung, teman saya ini termasuk orang yang tidak mengingkari hukum alam, bahwa dalam profesi dan bidang usaha apa pun diperlukan proses panjang untuk mencapai sebuah kesuksesan.
Andrias Harefa—seorang trainer pengembangan sumber daya manusia papan atas di Indonesiapernah menulis bahwa untuk menjadi trainer dan pembicara publik yang sukses juga diperlukan kurun waktu antara 10 sampai 15 tahun. Demikian pula di kalangan para pengusaha seperti Bob Sadino dan Ir Ciputra, diperlukan kurang lebih kurun waktu yang sama untuk benar-benar mencapai sukses di bisnis mereka.
Dan yang terakhir, teman saya ini adalah seorang yang memegang prinsip untuk selalu menggali lebih dalam. Ia adalah tipe pekerja keras yang selalu antusias dan ikhlas untuk mengerjakan sesuatu lebih banyak dari pada yang dikerjakan oleh orang lain. Di Indonesia dan apalagi di dunia, ia bukanlah orang pertama yang meneliti ulat grayak. Tetapi, karena ia konsisten dan melakukan penelitian lebih banyak dari yang lainnya, maka dialah yang akhirnya dikenal dunia sebagai pakar ulat grayak. Karena ia sudah melakukan yang terbaik, rupanya Yang Kuasa pun tidak keberatan untuk memberikan imbalan yang setimpal terhadap hasil kerja kerasnya. Apakah Anda termasuk orang seperti ini? Jika ya, saya ucapkan selamat atas kesuksesan yang sudah ada di pelupuk mata Anda![sg]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar